Unknown crocodile
0 Subscriptions 0 Followers
Untuk memadamkan api, kapal tunda dan pemadam kebakaran dilibatkan. 21 dari 26 awak kapal dievakuasi dari kapal.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena lukanya parah dan ada infeksi," kata Aguh Arianto, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh.
Beberapa jembatan juga roboh, pohon tumbang dan beberapa jalan diblokir. Gelombang kuat yang disebabkan oleh topan menenggelamkan kapal, mempersulit operasi pencarian dan penyelamatan.
Kecelakaan itu terjadi pada Rabu malam di pulau Jawa, Indonesia.
Bus itu penuh dengan siswa sekolah menengah dan beberapa orang tua yang kembali dari perjalanan lapangan. Pada saat yang sama, 39 orang diselamatkan. Setelah operasi penyelamatan selesai, mereka dibawa ke rumah sakit.
Oscar Mania Fish Election Championship 2022 atau OFEC 2022 diselenggarakan di Indonesia. Turnamen ini berlangsung pada 31 Juli 2022 di Lembaga Penelitian Balai Riset Balai Budidaya Ikan Hias Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Berikut adalah 6 hal mengenai OFEC 2022 yang tidak banyak orang ketahui.
Format
OFEC 2022 adalah kejuaraan tingkat internasional kontes ikan hias yang menggabungkan antara seni, budaya, edukasi dan teknologi. Baik kompetisi yang berlangsung di Jerman atau Indonesia, keduanya menggunakan dua sesi penilaian pembuka dan dua sesi penilaian penutup, yang terdiri dari dua sampul. Belum ada satupun kontes atau kejuaraan ikan hias di dunia, yang berani dan mampu untuk menggabungkan dua penilaian sampul dalam satu kejuaraan ikan hias. Admission dan Teknis, melibatkan penilaian cakupan biologis yang amat detail dan mendalam yang dimana banyak digunakan pada penelitian riset laboratorium. OFEC 2022 yang diselenggarakan di negara Jerman dan Indonesia, sukses mengadopsi dua penilaian sampul secara sempurna dibawah pengawasan penuh dari pimpinan komite, Alexandrew Edeij.
Pertama dan Terbesar di Indonesia
OFEC 2022 Indonesia, adalah kejuaraan kontes ikan hias oscar pertama di Indonesia, sepanjang sejarah. Peserta pilihan dari para pemenang terbaik setiap bulannya, dipertemukan dengan peserta umum yang berasal dari Jakarta hingga luar pulau Jawa. Berberapa peserta bahkan ada yang berasal dari Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Komite penilai semuanya berasal dari luar Indonesia dan nenggunakan basis pindai teknologi menggunakan 3D scan melalui zoom atau live stream. Bisa dikatakan OFEC 2022 bukan saja yang pertama dan terbesar di Indonesia, namun juga menjadi kejuaraan ikan hias pertama di dunia yang berbasis teknologi dan sains penuh.
Grand Champion Perdana di Dunia
Pemenang OFEC 2022 baik di negara Jerman atau di Indonesia, selain menerima uang hadiah sebesar 3,800 euro untuk pemenang di Jerman dan Rp. 45,000,000 untuk pemenang di Indonesia, juga berhak menyandang sebagai Grand Champion resmi dibawah lisensi Asosiasi Akuatik Uni Eropa dan Lembaga Perikanan Uni Eropa dibawah supervisi penuh dari Oscar Mania Indonesia.
Poin Nilai
Mungkin banyak yang belum mengetahui, bahwa poin penilaian dalam OFEC 2022 menggunakan basis terapan sains dan teknologi dan hanya pada penilaian sampul penutup yang digunakan untuk menentukan dua poin penuh akhir. Scaleferometer bahkan memperbesar visual oscar hingga 80 pembesaran, agar Alexandrew Edeij mampu menghitung dan menjumlahkan tingkat kepadatan dan jarak rapat pigmen warna secara kalibrasi. Alexandrew Edeij dengan cerdas, menggabungkan fisiokoptik dua tampilan warna dalam 3D atau 3 Dimensi untuk diubah menjadi polarisasi warna dasar pada pigmen ikan hias. Belum ada satupun expertise ikan hias yang berpengalaman di dunia, mampu melakukan teknik tersebut diatas.
Budaya Lokal
OFEC 2022 adalah satu-satunya kejuaraan ikan hias di dunia, yang mampu menampilkan serta menyelenggarakan sebuah kompetisi bertaraf internasional, dimana kampanye utamanya adalah budidaya asli Indonesia, yang mendapat begitu banyak dukungan dan support dari asosiasi asosiasi ikan hias eropa.
Kampanye
Dibalik keberhasilan OFEC 2022 diselenggarakan di Jerman dan Indonesia. OFEC 2022 juga menuai banyak pujian dari berbagai pihak. Salah satunya adalah komitmen dasar dalam penyelenggaraan OFEC 2022 dimana kampanye pakan sehat untuk mendukung pertumbuhan ikan oscar yang berkualitas. Alexandrew Edeij bersama-sama dengan Theo Paveda, Direktur Pengembangan dan Pemberdayaan Kualitas Ikan Hias Uni Eropa yang menjadi supervisi OFEC 2022 di Jerman, mensinergikan kampanye budidaya lokal mandiri bagi para petani dalam berupa pemberdayaan usaha menengah hingga pendistribusian pakan sehat untuk ikan hias kedepannya.
Berikut telah kami jelaskan 6 fakta mengenai OFEC 2022 diatas yang kami rangkum dari berbagai sumber termasuk dari sumber resmi Balai Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan BRSDMKP.
Mungkin belum banyak yang diketahui oleh masyarakat umum, siapakah sosok dibalik OFEC 2022 dan Oscar Mania Indonesia yang sedang hype akhir akhir ini. Banyak yang bertanya siapakah Presiden Oscar Mania Indonesia Alexandrew Edeij. Berikut kami sertakan biodata singkatnya,
Bernama lengkap Alexandrew Edeij Lim atau Alex lahir pada 7 November 1982 di Jakarta. Ayahnya, William Petra adalah yang pertama kali membawa masuk serta memperkenalkan ikan oscar di Indonesia pada tahun 1960-an hingga mengajarkan para petani dan pembudidaya ikan oscar di nusantara. William Petra semasa hidupnya aktif sebagai pengusaha dan juga sebagai pembimbing di University of Bern, Switzerland dan Saint Étienne Institute of Science and Biologist Prancis.
Alex menyelesaikan pendidikan pertamanya pada tahun 2002 di National University of Singapore (NUS) Singapura, dan meneruskan pendidikan keduanya di California State University bidang Managemenf of Technology Industry serta di Ornamental Fish Institute of California dalam bidang Physiology of Aquaculture Species, serta melanjutkan pendidikan pasca sarjana di NPUST/ National Pingtung University of Science and Technology Taiwan, pada tahun 2004 untuk empat bidang kompetensi dalam Biotechnology and Aquaculture Genetics.
Ketertarikannya pada ikan hias sudah dimulai sejak usia 4 tahun. Alex adalah peserta termuda saat berusia 14 tahun dalam kejuaraan Sains Olympiad IBO sedunia di Ukraina dan peserta mandiri urutan pertama dalam Siemens Science Convention, saat masih berusia 16 tahun. Pada tahun 2005 Alex mempelajari navigasi kapal maritim dan biologi kelautan di Singapura. Pada tahun 2009 Alex mempelajari fisika mekanis mesin pesawat terbang di Garuda Indonesia Institute Aviation (GIIA) di Cengkareng. Semua ilmu yang didapatnya membuat dirinya menguasai banyak terapan ilmu, hal ini dibuktikan saat menjadi juara dunia konfera akuakulture sedunia di Srilanka pada tahun 2012 dan Amerika Serikat pada tahun 2014. Suatu pencapaian yang sangat sulit untuk ditandingi oleh siapapun.
Alex pernah menjabat sebagai Chief International Business di Orang Tua Group (OT), General Manager di Pangan Lestari/ Sekar Laut Tbk dan Vice President of Sales and Marketing Asia & Africa di Sinar Antjol Group. Pada 2019 Alex menolak untuk bergabung ke Biological National Park of Singapore, sebagai direktur pengembangan bisnis. Sebelumnya juga pernah menolak undangan dari Fish Culture International, untuk bergabung sebagai direktur unit teknis dan bisnis, saat FCI masuk ke Indonesia pada Agustus 2020.
Faktor keterbatasan fisik membuat Alex harus mundur dari semua aktifitas dan pekerjaannya, termasuk pengunduran dirinya dari anggota executive Research of The Ornamental Fish Agency pada tahun 2021. Namun kecintaannya terhadap ikan hias, serta keperduliannya terhadap petani-petani ikan hias di Indonesia, tidak pernah hilang. Alex kini selain menjalankan perusahaan miliknya sendiri, juga masih terdaftar sebagai salah satu anggota komite FAO Asia Pacific dan presiden Oscar Mania Indonesia, salah satu organisasi ikan hias terbesar di dunia yang di dukung penuh oleh lembaga serta asosiasi perikanan di eropa dan Indonesia.
Tidak banyak informasi yang bisa kami tuliskan mengenai Alex, diharapkan kedepannya dari lini media lainnya bisa melengkapi.
Ornamental Fish Update 18 August 2022
NewsNow Media Published 16 August 2022
Aquaculture Shock Hongkong 1 September 2022
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia Media
FAO Food and Agriculture Organization of The United Nations
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Kementerian Kelautan dan Perikanan
Photo by Media BRBIH
Jakarta, Memperingati HUT Bayangkara ke 76, Kepala Divisi Hukum Serikat Pekerja Transjakarta Muslihan Aulia Haris, SH menyatakan keberatan terkait Pemberhentian Penyelidikan Laporan Kepolisian Nomor LP/6755/XI/YAN.2.5/2020/SPKT PMJ, Tanggal 13 November 2020 yang dilakukan oleh Oknum Penyidik Unit 5 Subdit III Sumdaling Ditreskrimsus Polda Metro Jaya
Muslihan Aulia Haris berpendapat Pemberhentian Penyelidikan Laporan Kepolisian tersebut terlihat janggal yang diduga telah melanggar Hukum, HAM dan Kode Etik Polri, terlebih di tengah Trending nya Hashtag #PercumaLaporPolisi di Media Sosial yang sampai menempati posisi teratas di indonesia, dan turun nya tingkat kepercayaan Masyarakat terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia, bahkan sampai adanya slogan "Kasih data jadi perdata, kasih Dana baru bisa jadi Pidana ”
Kejanggalan Pemberhentian Penyelidikan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Penyidik belum melakukan Pemeriksaan kepada Terlapor Utama dengan alasan Kesehatan nya, padahal Pelapor mempunyai bukti bahwa Terlapor Utama tersebut bisa Bepergian menghadiri Kegiatan-kegiatan bahkan keluar Negeri,
2. Penyidik melakukan Pemberhentian Penyelidikan hanya berdasarkan Pendapat Ahli Perburuhan dari Universitas Indonesia semata,
Padahal Sebagaimana ketentuan Pasal 3 Huruf a point (6) Surat Edaran Nomor. /7/VII/2018 Tentang Penghentian Penyelidikan menyatakan bahwa Pendapat ahli tersebut (jika di perlukan);
menurut Pelapor Persfektik seorang Ahli tersebut belum di perlukan dalam perkara dimaksud, karena Pelapor sudah cukup memenuhi dan menyampaikan 2 alat bukti tersebut yaitu Berupa: Keterangan Saksi Korban (Pelapor), surat-surat, keterangan Saksi-saksi (dari Pelapor), petunjuk,
sebagaimana Pasal 25 Ayat (1) dan (2) Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana, bahwa Penetapan tersangka berdasarkan paling sedikit 2 alat Bukti yang di dukung barang bukti, sesuai Pasal 1 Angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 UU No. 8 Tahun 1981 dan sesuai Pasal 184 Ayat (1) KUHAP, dan sesuai kutipan amar putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 Tanggal 28 April 2015,
Terlebih Keterangan ahli bukan lah satu-satu nya yang dapat berdiri sendiri yang dapat menentukan perkara tersebut merupakan Tindak Pidana atau bukan, melainkan harus saling berkaitan dengan alat bukti lain nya,
selain itu Muslihan Aulia Haris selaku Pelapor berpendapat bahwa Persfektif Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia tersebut adalah keliru karena tidak berdasarkan Pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, tidak berdasarkan pada teori ataupun dasar hukum yang menjadi rujukan nya, di duga adanya penggiringan Ahli perburuhan, karena Pelapor dengan sangat mudah bisa membantah dan membuktikan dalil-dalil maupun bukti-bukti untuk membantah pendapat Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia tersebut,
selain itu Pelapor tidak mengetahui Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia yang dimaksud tersebut, Siapa Ahli Perburuhan yang dimaksud? darimana dan kapan gelar Ahli tersebut didapat? siapa yang memberikan Gelar Ahli tersebut? apa saja yang bisa menunjukan keahlian orang yang dianggap Ahli tersebut? apakah ada karya ilmiah atau buku-buku yang sudah diterbitkan oleh Ahli tersebut sebagai Rujukan? Buku apa, rujukan atau teori darimana, karangan siapa, halaman berapa yang dipakai oleh Ahli tersebut? karena seorang Ahli tidak boleh menggunakan teori baru, apalagi mengeluarkan Pendapat hanya sesaat tergantung kebutuhan, tergantung siapa yang meminta dan siapa yang membayar, Kapan dan dimana Penyidik melakukan Pemeriksaan kepada Ahli Perburuhan tersebut? dan apa saja Format dari Pertanyaan yang diajukan oleh Penyidik kepada Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia tersebut? (tidak Transparan atau Samar),
3.Proses Penyelidikan tersebut berjalan sangat lambat lebih dari 120 Hari dan tidak Transparan karena beberapa kali Pelapor tidak menerima SP2HP yang seharus nya diterima secara berkala paling sedikit 1 kali setiap bulan, baik diminta ataupun tidak diminta, sehingga mengharuskan Pelapor menyampaikan Surat keberatan kepada Direktorat Kriminal Khusus maupun ke Kapolda Metro Jaya, Penyidik beberapa kali menyampaikan keberatan akan surat tersebut dan menyampaikan akan melakukan SP3 Perkara di maksud, dan menyarankan agar Pelapor mau menerima Uang Damai (Pelapor menduga merupakan Upaya Suap) dari Terlapor sebesar 163.934.444, tetapi Pelapor menolak nya,
Dari Uraian Muslihan Aulia Haris S.H selaku Kepala Divisi Hukum Serikat Pekerja Transjakarta dan sekaligus selaku Pelapor berharap agar Instansi-Instansi yang berwenang dapat melakukan Investigasi kepada Para Oknum Penyidik yang diduga telah melanggar Hukum, HAM dan Kode Etik Polri karena telah menghentikan Proses Penyelidikan Perkara dimaksud dengan Janggal dan berharap agar Proses Penyelidikan tersebut bisa di tingkatkan ke Penyidikan dan bisa di serahkan ke kejaksaan, agar Slogan Tagar #PercumaLaporPolisi“ ataupun Slogan *_“Kasih Data jadi Perdata, Kasih Dana Baru bisa jadi Pidana”,Ataupun Sindiran "Ganti Polisi dengan Satpam BCA", bisa hilang di tengah Masyarakat, sehingga mengembalikan kepercayaan Masyarakat Pada Institusi Kepolisian Republik Indonesia, Selamat memperingati HUT Bayangkara RI Ke 76
Selain itu Muslihan Aulia Haris, SH juga sudah membuat Pengaduan ke Kompolnas, Ke Ombudsman Republik Indonesia, Ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Ke Kapolri, Ke Kapolda, Kementerian Hukum dan HAM dan lain sebagainya,
Hal tersebut dilakukan karena Muslihan Aulia Haris berpendapat Pemberhentian Penyelidikan Laporan Kepolisian tersebut terlihat janggal yang diduga telah melanggar Hukum, HAM dan Kode Etik, terlebih di tengah Trending nya Hashtag #PercumaLaporPolisi di Media Sosial yang sampai menempati posisi teratas di indonesia, dan turun nya tingkat kepercayaan Masyarakat terhadap Institusi Kepolisian Republik Indonesia, bahkan sampai adanya slogan “Kasih data jadi perdata, kasih Dana baru bisa jadi Pidana”,
Kejanggalan Pemberhentian Penyelidikan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1.Penyidik belum melakukan Pemeriksaan kepada Terlapor Utama dengan alasan Kesehatan nya, padahal Pelapor mempunyai bukti bahwa Terlapor Utama tersebut bisa Bepergian menghadiri Kegiatan-kegiatan bahkan keluar Negeri,
2.Penyidik melakukan Pemberhentian Penyelidikan hanya berdasarkan Pendapat Ahli Perburuhan dari Universitas Indonesia semata,
Padahal Sebagaimana ketentuan Pasal 3 Huruf a point (6) Surat Edaran Nomor. /7/VII/2018 Tentang Penghentian Penyelidikan menyatakan bahwa Pendapat ahli tersebut (jika di perlukan);
menurut Pelapor Persfektik seorang Ahli tersebut belum di perlukan dalam perkara dimaksud, karena Pelapor sudah cukup memenuhi dan menyampaikan 2 alat bukti tersebut yaitu Berupa: Keterangan Saksi Korban (Pelapor), surat-surat, keterangan Saksi-saksi (dari Pelapor), petunjuk,
sebagaimana Pasal 25 Ayat (1) dan (2) Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana, bahwa Penetapan tersangka berdasarkan paling sedikit 2 alat Bukti yang di dukung barang bukti, sesuai Pasal 1 Angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 UU No. 8 Tahun 1981 dan sesuai Pasal 184 Ayat (1) KUHAP, dan sesuai kutipan amar putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 Tanggal 28 April 2015,
Terlebih Keterangan ahli bukan lah satu-satu nya yang dapat berdiri sendiri yang dapat menentukan perkara tersebut merupakan Tindak Pidana atau bukan, melainkan harus saling berkaitan dengan alat bukti lain nya,
selain itu Muslihan Aulia Haris selaku Pelapor berpendapat bahwa Persfektif Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia tersebut adalah keliru karena tidak berdasarkan Pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, tidak berdasarkan pada teori ataupun dasar hukum yang menjadi rujukan nya, di duga adanya penggiringan Ahli perburuhan, karena Pelapor dengan sangat mudah bisa membantah dan membuktikan dalil-dalil maupun bukti-bukti untuk membantah pendapat Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia tersebut,
selain itu Pelapor tidak mengetahui Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia yang dimaksud tersebut, Siapa Ahli Perburuhan yang dimaksud? darimana dan kapan gelar Ahli tersebut didapat? siapa yang memberikan Gelar Ahli tersebut? apa saja yang bisa menunjukan keahlian orang yang dianggap Ahli tersebut? apakah ada karya ilmiah atau buku-buku yang sudah diterbitkan oleh Ahli tersebut sebagai Rujukan? Buku apa, rujukan atau teori darimana, karangan siapa, halaman berapa yang dipakai oleh Ahli tersebut? karena seorang Ahli tidak boleh menggunakan teori baru, apalagi mengeluarkan Pendapat hanya sesaat tergantung kebutuhan, tergantung siapa yang meminta dan siapa yang membayar, Kapan dan dimana Penyidik melakukan Pemeriksaan kepada Ahli Perburuhan tersebut? dan apa saja Format dari Pertanyaan yang diajukan oleh Penyidik kepada Ahli Perburuhan Akademisi dari Universitas Indonesia tersebut? (tidak Transparan atau Samar),
3.Proses Penyelidikan tersebut berjalan sangat lambat lebih dari 120 Hari dan tidak Transparan karena beberapa kali Pelapor tidak menerima SP2HP yang seharus nya diterima secara berkala paling sedikit 1 kali setiap bulan, baik diminta ataupun tidak diminta, sehingga mengharuskan Pelapor menyampaikan Surat keberatan kepada Direktorat Kriminal Khusus maupun ke Kapolda Metro Jaya, Penyidik beberapa kali menyampaikan keberatan akan surat tersebut dan menyampaikan akan melakukan SP3 Perkara di maksud, dan menyarankan agar Pelapor mau menerima Uang Damai (Pelapor menduga merupakan Upaya Suap) dari Terlapor sebesar 163.934.444, tetapi Pelapor menolak nya,
Dari Uraian Muslihan Aulia Haris S.H selaku Kepala Divisi Hukum Serikat Pekerja Transjakarta dan sekaligus selaku Pelapor berharap agar Instansi-Instansi yang berwenang dapat melakukan Investigasi kepada Para Oknum Penyidik yang diduga telah melanggar Hukum, HAM dan Kode Etik karena telah menghentikan Proses Penyelidikan Perkara dimaksud dengan Janggal dan berharap agar Proses Penyelidikan tersebut .bisa di tingkatkan ke Penyidikan dan bisa di serahkan ke kejaksaan, agar Slogan Tagar “#PercumaLaporPolisi “ ataupun Slogan “Kasih Data jadi Perdata, Kasih Dana Baru bisa jadi Pidana”, Atau “Ganti Polisi dengan Satpam BCA” bisa hilang di tengah Masyarakat, sehingga mengembalikan kepercayaan Masyarakat Pada Institusi Kepolisian Republik Indonesia, Selamat HUT Bayangkara Ke 76
5 Gambar Inovasi Perabotan rumah tangga menyambut Metaverse
Facebook mengganti namanya menjadi “Meta”. Hal ini dilakukan Facebook untuk menanggapi visi baru mereka dalam menyambut kedatangan Metaverse di era yang akan datang. Apa itu Metaverse? Pada dasarnya Metaverse adalah bagian dari Internet yang berfokus pada realitas virtual bersama, seringkali sebagai bentuk media sosial. Metaverse dalam arti yang lebih luas mungkin tidak hanya merujuk pada dunia virtual yang dioperasikan oleh perusahaan media sosial tetapi seluruh spektrum augmented reality.
Menanggapi perkembangan zaman yang berpusat pada digitalisasi, hampir semua industri fisik lainnya juga perlu melakukan adaptasi. Salah satunya dalam dunia desain interior. Seperti kutipan dari Innovation and Performance in SME furniture industries: An International Comparative Case Studies yang mengatakan “Innovation has been traditionally considered as a generator of competitiveness, which leads to superior performance.” Dapat disimpulkan bahwa inovasi dalam industri desain interior merupakan salah satu aspek yang membuat desain interior dapat terus relevan dan diminati oleh konsumen. Berikut adalah beberapa foto inovasi desain produk menanggapi datangnya era metaverse atau augmented reality.
Meja ini merupakan sebuah pengembangan dari konsep fisik dasar tegangan. Pada dasarnya meja ini didirikan atas dasar struktur tali yang diletakan pada arah berlawanan sehingga menimbulkan tekanan yang menyeimbangkan meja. Alhasil efek dari sistem ini adalah sebuah ilusi produk yang seakan-akan melayang dan melawan hukum gravitasi.
Gaming Treadmill adalah sebuah platform yang akan segera dibutuhkan oleh banyak orang dalam memasuki era metaverse, terutama segmen augmented reality. Teknologi Virtual Reality yang ada saat ini tidak menyelesaikan masalah kepekaan ruang oleh pengguna. Keterbatasan ruang gerak membuat pengalaman pengguna VR terbatas. Dengan adanya 360 degree treadmill seperti gambar diatas, pengguna akan mampu bergerak, berlari, melompat dengan bebas tanpa takut terbentur oleh pembatas ruang.
Didunia yang semakin wireless, penampakan kebersihan ruang yang bersih juga merupakan sebuah nilai tambah yang sangat diminati pengguna. Meja umum yang kita sering lihat umumnya
memiliki beberapa jumlah kaki meja, namun model meja konsol seperti ini memungkinkan tampilan ruang yang lebih modern dan ruang kaki yang lebih luas.
Sebuah kursi seharusnya didesain sesuai dengan bentuk tubuh pengguna, dalam bidang desain hal ini sering disebut dengan istilah ergonomi, salah satu hal yang dapat mendukung sifat ergonomi ini adalah fleksibilitas. Oleh karena itu kursi yang dilevitasi dengan magnet akan mampu memiliki sudut tidak terbatas baik dalam hal kemiringan recliner maupun arah hadap.
Tentu banyak orang sudah mendengar tentang keberadaan NFT (Non fungible token) dan bagaimana NFT merupakan komoditas yang sangat berharga dimasa depan, oleh karena itu sebuah furniture yang sebelumnya menjadi tempat display vas atau patung sebagai barang berharga, lama kelamaan akan tergantikan dengan kebutuhan display NFT sebagai barang koleksi. Hal ini dapat di implementasikan dalam desain fungsi perabotan yang “embracing” kebutuhan display barang digital dengan cara menggunakan layer maupun display hologram.
Selain kelima perabotan diatas masih banyak lagi inovasi yang berhubungan dengan Metaverse. Semoga Industri interior akan semakin inovatif dan memampukan terwujudnya gaya hidup yang semakin baik.
Teks oleh: Eric Rahardjo Hoputro (Mahasiswa Jurusan Desain Interior, Universitas Kristen Petra).
I'm technically banned from giving sexy ladies some of my money for intimate service
Worldwide
For closer to 2 years
Since 31 March, 2020
Fuck your world
Fuck your societies
Fuck your governments
Fuck your financial institutions
Fuck your social networks
And fuck your immaturity
The technical ban for me on paying for intimate service with sexy female partners and / or companions of my choice includes the following territories:
Indonesia
South Africa
Kenya
Tanzania, and
Thailand
In a similar although not the same way I don't tell a lady what day of the month to menstruate, from the perspective of my physiology and biology, don't tell me when I must, and cannot pay for those services either.
Particularly up until more recently, seemingly more compatible ladies for me show up around time intervals I'm "offline".
Extreme versions of that is me being in the presence of those ladies when I'm in a bed in a hospital, or when I'm too old to qualify for procuring those services.
It's not only with whom
And when
There are other mechanisms of control enforced to dominate the net intimate experience, if at all.
As well as tactics to incriminate prey and siphon them financially and emotionally. I document and publish some of those online at my public Google drive folders.
https://drive.google.com/folderview?id=1PAVBmYqZ5_KnJqbwX97JGhvu4VG7qSIv
One of my unique capabilities is I'm emotionally indestructible. I have absolute immunity against emotional abuse, attacks and related traumas. I prove that many times over.
That doesn't imply I don't have feelings for myself and feelings for others. My emotional vitality, stability and power is unparallelled.
My physical being isn't indesructible. Even the world's top formula one cars' engines blow up if they're pushed to hard, for too long, without maintenance.
So after I'm forced back to South Africa for a second time, two of my mandatory requirements for me to participate in intimate activities with sexy ladies, are fraudulently struck out, those being
My health
And my finances
That's following a number of attempts from this end to reach out to the FBI of the United States 5+ months ago with primary focus on the financial warfare against me and / or my business ongoing for years.
As well as several international news reporters with interest in and / or that cover the topics at hand, both direct and related.
Without success
Over and above South Africa is previously proven, over several months, to be a location where I either risk ending up in jail, or I risk my life, when I go for paying to have sex with female partners.
Some of the "local" entertainment venues are notorious for patrons being threatened, robbed and / or assaulted by gangs at least almost immediately after heading out from those venues.
Especially if I go for a Bolt or Uber taxi hailer. Those bouncers, gangs, and "private" taxi drivers that patrol those roads are linked to those same clubs. If I don't pay them their fees for their "mandatory" services, they find a way to get that money of mine one way or another.
The entrance fee at some of the more up-market venues at South Africa covers one hour, full service plus the room, with one of hundreds of Thai ladies to choose from, at the sex capital of the world. And with ~70% of my next service provider's fee paid for as well.
I'm physically and financially fraudulently smashed. not only will others do anything to stop me from having sex with sexy ladies, they take it to the next level, again.
My business takes another round of boycotting. The market stops all new business for me while institutions escalate their financial assault against me.
And two weeks after i checkin to a "Jesus is Lord" church guest house at Yeoville, couples (and...) book two rooms at the same time on either side of the room I rent (of the 10's of rooms at the guest house). The walls have soft partitions.
They engage in all night sex and discussions. People aren't convinced the "war is over". Instead, in addition to my life being crushed, they go for breaking my spirit.
Fuck your species
I actually rent a corner room with two other rooms adjacent, those positioned orthogonally to the room I rent forming an L-shape.
Soon after I alert one of the two managers, Dennis [+27-63-545-5885] as to forms of all night disruptions that contribute to my sleep deprivation.
Voila
As if by magic
The effects are amplified
More boookings, more often ajacent the room I rent. More people per room. More noise. Until earlier hours of the morning. At the church guest house. That's linked to perpetuating my trauma.
Most anything I say
Is used against me
At least via that channel
There's a possibility I'm displaced from here using the same tactic employed a number of times when I'm forced to South Africa previously. That's to tell me the venue is fully booked on the day I'm to extend. And that's during off season.
I observe a similar effect when I'm at Indonesia. It's when I'm there the situation builds to the point where soon after I arrive at convenience stores the place goes from few to no people to packed.
https://drive.google.com/folderview?id=1XdPch1R_LT9DdIhF_y0R6XIaphC7jfd6
Those people are all well outside the range of demographics of potential mates for me.
I'm displaced at least nine times on my prior forced visit to South Africa. That never happens once during my approximate decade of travel elsewhere. It's when I arrive at this guest house three weeks prior, I'm one of two "tennants" on the ground floor. Other bookings here are typically for 1-night.
One of the differences
Between South Africa
And elsewhere for me
Is immigration doesn't apply
Uninhibited and apparently without any restrictions and / or limitations, people other than myself have permission to do whatever they want, whenever they want. And wherever they want.
It's at 4am, 21 December, 2021 I smell smoke at the room I rent. And I hear the sound of a lighter repeatedly being flicked. Over and above the loud chatter coming from one of the rooms adjacent the one I go for. Their voices tells me it's at least two males, and one female.
I don't get any sleep yet. At 04:31, I press the stop button on an audio recording app on my phone. I delete that recording since my voice isn't on that recording and / or conversation. I don't feel at ease. My heart rate is elevated.
I smell weed previously coming from the rooms of other guests. Whatever is going on next door, that's different. I set my phone to audio record and I alert the manager on duty who tells me "they crazy kids", and shrugs his shoulders. No further action is taken from that end. The time is now 05:45am and their party is in full swing.
Not only can others
Do whatever they want
Also to my detriment
And intentionally
I decide at this time on this edited version of this report at 06:09am to put a hold on transmitting further information from this end, wherever possible. Since it's likely detrimental to me.
Before I'm forced back to South Africa this second time, I'm at Kenya for ~4.5 months. It's there, I rent accommodation from the same landlord for that full duration and / or visit.
It's on this path as a majority consensus of others I'm to be denied of all social priviledges and degrees of freedom again. And subject to other forms of trauma. Leading me to the point of predicament where I must choose whether I kill myself or not.
To serve as a final test
Of how much
I love myself
All efforts from this end to get off that path are proving unsuccessful for me. It's at this time my CNS is confused on healing and progress. Since whenever I create a possibility of that, I'm struck down again. It's a form of programming that tells my physical system "movement" is harmful to me.
The definition of a victim is "a person harmed, injured, or killed as a result of a crime, accident, or other event or action". It's incredible there isn't a force or authority on earth to stop people from committing those crimes against me.
The hate you have for me
Is the hate you have
Within yourselves
Soon as I'm able to have another go at living my life - that's what I do. It's for you to see how many times it takes for you to be able to distinguish between "right" and "wrong", or until something else happens.
In reality, experience tells me there's no difference between the two. "Right" and "wrong" is ultimately dictated by those in power. Over and above the law and any policing and regulating authorities that exist on planet earth.
Mark Berchowitz
B.Sc. (Eng)
For some of my supporting information on this read and / or download the content from my public Google drive folders at the same level as the link I send you earlier in this report.
I document and publish more of my information indirectly applicable to this report at: https://www.greengazette.co.za/html/slu/
Solidus AI TECH is introducing its own ERC-20 token (AITECH), that allows its investors to stake their tokens and earn rewards.
Megacorps, Governmental Authorities, SME’s and Professionals requiring Artificial Intelligence services will be able to access discounts on computing power supplied via our Infrastructure-as-a-Service (IaaS) platform when they utilise our AITECH token to purchase services.
#cryptocurrency #solidusaitech #cryptoinvestment #blockchain #investment #cryptocurrencyinvestment #cryptonews #AI
Solidus AI TECH
Solidus AI TECH will be building one of the world’s finest state-of-the-art AI infrastructure data centres, starting in Europe and then expanding globally. These facilities will be offered to Megacorps, Governmental Authorities, SMEs & Professionals in a highly secure manner, enabling them to augment and protect their businesses.
Designed for the future
Solidus are finalising the internal build of their Eco Friendly High Powered Computing (HPC) Data Centre & Infrastructure as a Service’ (IaaS) platform where Governmental Authority’s, Megacorps, SMEs & Professionals will be able to purchase Artificial Intelligence services seamlessly using the worlds first AI utility token (AITECH)
The AI market is expected to grow from $58.3bn in 2021 to $309.6bn by 2026
We have built one of the largest High Powered Computing Data Centres in Europe and the next stage is to purchase and install Artificial Intelligence hardware.
AI TECHL
Launchdate: 01.11.21
Launched by Solidus Technologies est December 2017
Partners: Soft Galaxy, Microsoft & Optoelectronica
AI is at the start of what is predicted to be a huge growth wave so buy AITECH now to stake or hold for the future.
AI IS CHANGING THE WORLD Shaping our future
“AI is going to change the world more than anything in the history of mankind. More than electricity.” - AI oracle and venture capitalist Dr. Kai-Fu Lee, 2018
How AI could change the World in the future:
1. MEDICINE
Instead of taking regular over the counter medicines…Medicine could be tailored to your exact genome. AI algorithms will enable doctors and hospitals to better analyze data and customize their health care to the genes, environment and lifestyle of each patient. From diagnosing brain tumors to deciding which cancer treatment will work best for an individual, AI is positioned to drive the personalized medicine revolution.
2. CYBERSECURITY
AI-based tools look for patterns associated with malicious computer viruses and programs before they can steal massive amounts of information or cause havoc. This should help prevent millions of security breaches each year.
3. VITAL TASKS
AI assistants could help the elderly, mow lawns, keep windows washed, cook, clean and even help with bathing and hygiene. Many other jobs that are repetitive and physical are perfect for AI-based tools. But the AI-assisted work may become critical in dangerous fields like mining, firefighting and handling radioactive materials.
4. TRANSPORTATION
AI may have the biggest impact in the near future via self-driving cars. Autonomous cars are already here, but watch for them to be ubiquitous by 2030. Driverless trains already rule the rails in European cities, and Boeing is building an autonomous jetliner.
A Word On Future Plans
The first stage is to build our AITECH Ecosystem where our AITECH token will be utilised to purchase AI Services via our Infrastructure-as-a-Service (IaaS) platform. Once established we have plans in place to build additional Data Centres in order to scale up our operations.
To put you in the picture, currently there are no European HPC Data Centres in the Global top 10, however there is significant demand in the EU for these services. Our aim is bridge this gap and soon become the largest HPC Organisations in Europe. We will then land ourselves in the top 10 Globally. Moving forward from there we will continue to scale up operations and expand Globally into countries that are significantly lacking in HPC but have high demand and are having to outsource abroad.
Our long-term aim is to become the Global #1 HPC Data Centre which will take a lot of time and effort but we truly believe that we have the team and skills to be able to achieve this as a long term goal.
“Shoot for the moon. Even if you miss, you’ll land amongst the stars.”
AI TECH Our vision
Solidus AI Tech is a computation network created to distribute computing power to organizations working on complex AI projects requiring high computing power. The greatest need of the hour is computing power and we are aiming to provide Megacorps, Governmental Authorities, SME's and Professionals with unparalleled sources of computing power. We are planning to establish major AI HPC data centres in Bucharest and in the future we plan to build additional data centres across Europe.
Our vision at Solidus is simple yet profound. We want to build truly efficient data centres that can fulfil the desire for computing power in the global market. We will completely transform the way computing activities are managed and performed when combined with scalable tools to assist developers in safely delivering and monetizing their applications. Most importantly, after lowering computation costs, some applications such as CGI Rendering, Scientific Calculation, and Machine Learning will become more accessible. One of our main objectives is to build energy efficient AI HPC data centres.
Solidus AI infrastructure is versatile and has been designed to cater for Megacorps, Governmental Authorities, SME's and Professionals. The program establishes a peer-to-peer network between computers, allowing application administrators and users ("requesters") to access the resources of other users' ("providers") devices. These tools can be used to finish tasks that require varying amounts of computing time and capacity. These services are currently provided by centralised cloud vendors, which are limited by closed networks, centralized payment mechanisms, and aggressively provisioning operations.
Intellectual Property (IP)
Our Research and Development team has a permanent mission to improve efficiency and minimize the power consumption in our data centres operating under ISO 14001:2015. Thanks to their great effort, our existing hardware is running at 40% less power consumption. Our AI hardware will run on the same IP which will make our data centre one of the most eco-friendly in the world.
AI TECH Roadmap
Solidus Technologies was established in December 2017
· Joint Venture partnership agreed with Soft Galaxy International
Engaged with the companies below to help structure the project:
· Pincent Masons Solicitors - SRA 471978 for our legal structure and documentation
· BlueWater Capital - FCA 789335 to Section 21 approve our Information Memorandum
· Talbot Capital – FCA 489839 as our security trustee
· CrossbarFX - FCA 535761 as our receiving agent
We started raising funds in April 2018 which were utilised to mine Ethereum (ETH) whilst securing land and commencing the Data Centre build.
Solidus knew that Ethereum (ETH) would likely become unminable as it becomes proof-of-stake so worked towards a future move into Artificial Intelligence. In March 2020 Covid-19 acted as a catalyst and the demand for AI Services surged. There is a real lack of HPC centres in Europe so we at Solidus will help to bridge this gap. This is our first Data Centre and we intend to scale as we have plans in place to build additional Data Centres in close proximity.
We are launching AITECH to raise funds to go towards completing our AI infrastructure and will then launch our ‘Infrastructure As A Service’ (IAAS) platform where Megacorps, Governmental authorities, SME’s and professionals will be able to easily purchase AI services.
AITECH is a way for AI Services and cryptocurrency to work hand-in-hand and we expect significant demand for our services in the future.
Use link here to Full information:
🌐 Website: http://www.ai-tech.io/
🌐 Twitter: https://twitter.com/AITECHio
🌐 Reddit: https://www.reddit.com/user/AITECHtoken/
🌐 Telegram chat: https://t.me/solidusaichat
🌐 Telegram: https://t.me/solidusaitech
🌐 Facebook: https://www.facebook.com/Solidus-Ai-Tech-100121909056613
🌐 Instagram: https://www.instagram.com/aitechtoken/
🌐 Linkedin: https://www.linkedin.com/groups/12558138/
#cryptocurrency #solidusaitech #cryptoinvestment #blockchain #investment #cryptocurrencyinvestment #cryptonews #AI